BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler yang banyak dijumpai  di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun harus senantiasa diwaspadai. Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arteriosclerosis ( pengerasan arteri ) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak  bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi  juga menyebabkan gangguan ginjal.Sampai saat ini, usaha-usaha baik mencegah  maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, karena adanya factor-faktor penghambat seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi  (pengertian, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi ) dan juga perawatannya. Saat  ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Jumlah  penderita hipertensi di seluruh dunia diperkirakan 972 juta jiwa atau setara  dengan 26,4 persen populasi orang dewasa.  Angka prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan riskesdas (riset kesehatan dasar)  2007 mencapai 30 persen dari populasi. Dari jumlah itu, 60 persen penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal  ginjal, dan kebutaan. Sementara di dunia Barat, hipertensi justru banyak  menimbulkan gagal ginjal, oleh karena  perlu di galakkan pada masyarakat mengenai pengobatan dan perawatan Hipertensi. Data survey  dari Tim Kesehatan Pada tanggal 24 Januari 2005 jumlah pasien 5 rumah sakit di  Kota Banda Aceh Menunjukkan Tingkat Penderita Hipertensi Mencapai 3%. Sisanya  ISPA 30%, Gatal-gatal 25%, Nyeri lambung 12%, Kejiwaan 10%, Luka-luka 9%,  Malaria 5%, Diare 3%, Radang paru-paru 1%, Sakit kepala 1%, Penyakit lain 1 %.
Diharapkan dengan di buatnya Asuhan Keperawatan keluarga resiko tinggi hipertensi  ini dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian karena hipertensi dalam  masyarakat khususnya dalam keluarga. 
 BAB II
TINJAUAN TEORI
A.   PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan  sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom,  1995 ) 
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih  besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih  besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). 
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.  Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius  dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
 Hipertensi adalah  tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana  terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2000 : 144)
 Hipertensi adalah  keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolic lebih tinggi dari  90 mmHg. Diagnostic ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan  darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001 : 453)
 Patologi utama  pada hipertensi adalah peningkatan tekanan vesikalis perifer arterior (Mansjoer, 2000 : 144)
I. ETIOLOGI /PENYEBAB
Hipertensi berdasarkan penyebabnya  dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi  primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya,
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih  dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti  penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering  menyebabkan terjadinya hipertensi. 
Pada umunya  hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon  peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
o   Genetik:  Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
o   Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah meningkat.
o   Stress Lingkungan.
o   Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran  pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan –  perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor  tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari  data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya  adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
·                     Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
·                     Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
·                     Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
·                     Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
·                     Kegemukan atau makan berlebihan
·                     Stress
·                     Merokok
·                     Minum alkohol
·                     Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan  penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Ginjal
a. Ginjal
·                     Glomerulonefritis
·                     Pielonefritis
·                     Nekrosis tubular akut
·                     Tumor
b. Vascular
·                     Aterosklerosis
·                     Hiperplasia
·                     Trombosis
·                     Aneurisma
·                     Emboli kolestrol
·                     Vaskulitis
c. Kelainan endokrin
·                     DM
·                     Hipertiroidisme
·                     Hipotiroidisme
d. Saraf
·                     Stroke
·                     Ensepalitis
·                     SGB
e. Obat – obatan
·                     Kontrasepsi oral
·                     Kortikosteroid 
II. MASALAH/ PROBLEM
Menurut  Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
III. PATOFISIOLOGI
Mekanisme  yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat  vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf  simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna  medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat  vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system  saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion  melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke  pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan  konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.  Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat  bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons  rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan  aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,  yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi  yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.  Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi  angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium  dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.  Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan  gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia  lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas  jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada  gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.  Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume  darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan  curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002  ).
IV. TANDA DAN GEJALA 
Tanda dan gejala pada hipertensi  dibedakan menjadi : (Menurut : Edward K Chung, 1995 ) 
1. Tidak ada gejala yang spesifik yang  dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan  arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak  akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim Sering dikatakan  bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.  Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan  pasien yang mencari pertolongan medis.
V. KLASIFIKASI
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth Report of  The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High  Blood Pressure “ (JNC – VI, 1997) sebagai berikut :
| No | Kategori | Sistolik(mmHg) | Diastolik(mmHg) | 
| 1. | Optimal | <120 | <80 | 
| 2. | Normal | 120 – 129 | 80 – 84 | 
| 3. | High Normal | 130 – 139 | 85 – 89 | 
| 4. | Hipertensi | ||
| Grade 1 (ringan) | 140 – 159 | 90 – 99 | |
| Grade 2 (sedang) | 160 – 179 | 100 – 109 | |
| Grade 3 (berat) | 180 – 209 | 100 – 119 | |
| Grade 4 (sangat berat) | >210 | >120 | 
VI. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas              akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah  dibawah 140/90 mmHg.(5) Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : (2,8)
Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan
kadar adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan
kadar adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.
VII. PEMERIKSAAN  PENUNJANG
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara  menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk  mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi  ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein  dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram  intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal     terpisah  dan penentuan kadar urin. 
7. Foto dada dan CT scan.
VIII.  KOMPLIKASIMeningkatnya tekanan  darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan  baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung. gejala-gejala-gejala seperti sakit kepala,  mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi  essensial.
 Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut:
pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala  akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
Gangguan penglihatan, Gangguan saraf, Gagagl jantung,Gangguan fungsi ginjal, Gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi.
Gangguan penglihatan, Gangguan saraf, Gagagl jantung,Gangguan fungsi ginjal, Gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi.
Dalam perjalannya  penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain :
a. Stroke
b. Gagal jantung
c. Ginjal
d. Mata
Hubungan stroke  dengan hipertensi dapat dijelaskan dengan singkat, bahwa tahanan dari pembuluh darah memiliki batasan dalam menahan tekanan darah yang datang. Apalagi dalam otak pembuluh darah yang ada termasuk pembuluh darah kecil  yang otomatis memiliki tahanan yang juga kecil. Kemudian bila tekanan darah  melebihi kemampuan pembuluh darah, maka pembuluh darah ini akan pecah dan  selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik yang memiliki prognosis yang tidak baik.
Dengan demikian  kontrol dalam penyakit hipertensi ini dapat dikatakan sebagai pengobatan seumur hidup bila ingin dihindari terjadinya komplikasi yang  tidak baik.
Dengan adanya  faktor-faktor yang dapat dihindarkan tersebut, tentunya hipertensi dapat dicegah dan bagi penderita hipertensi agar terhindar dari komplikasi yang fatal.  Usaha-usaha pencegahan dan pengobatan yang dapat dilakukan yaitu sbb.:
* Mengurangi konsumsi  garam dalam diet sehari-hari, maksimal 2 gram garam dapur. Batasi pula makanan  yang mengandung garam natrium seperti corned beef, ikan kalengan, lauk atau  sayuran instan, saus botolan, mi instan, dan kue kering. Pembatasan konsumsi  garam mengakibatkan pengurangan natrium yang menyebabkan peningkatan asupan  kalium. Ini akan menurunkan natrium intrasel yang akan mengurangi efek  hipertensi.
* Menghindari  kegemukan (obesitas). Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari  berat badan normal. Pada penderita muda dengan hipertensi terdapat  kecenderungan menjadi gemuk dan sebaliknya pada penderita muda dengan obesitas akan  cenderung hipertensi. Pada orang gemuk akan terjadi peningkatan tonus simpatis  yang diduga dapat mengakibatkan tekanan darah meningkat.
* Membatasi konsumsi  lemak. Ini dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi karena  kolesterol darah yang tinggi dapat menyebabkan endapan kolesterol. Hal ini akan  menyumbat pembuluh darah dan mengganggu peredaran darah sehingga memperberat kerja jantung dan memperparah hipertensi. Kadar kolesterol normal dalam darah  yaitu 200-250 mg per 100cc serum darah.
* Berolahraga teratur  dapat menyerap dan menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh nadi. Olah  raga yang dimaksud adalah gerak jalan, berenang, naik sepeda dan tidak  dianjurkan melakukan olah raga yang menegangkan seperti tinju, gulat atau angkat  besi karena latihan yang berat dapat menimbulkan hipertensi.
* Makan buah-buahan  dan sayuran segar amat bermanfaat karena banyak mengandung vitamin dan mineral  kalium yang dapat membantu menurunkan tekanan darah.
* Tidak merokok dan  tidak minum alkohol karena diketahui rokok dan alkohol dapat meningkatkan tekanan  darah. Menghindari rokok dan alkohol berarti menghindari kemungkinan  hipertensi.
* Latihan relaksasi  atau meditasi berguna untuk mengurangi stres atau ketegangan jiwa. Kendorkan  otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai dan menyenangkan,  mendengarkan musik dan bernyanyi sehingga mengurangi respons susunan saraf pusat  melalui penurunan aktivitas simpatetik sehingga tekanan darah dapat diturunkan.
* Merangkai hidup  yang positif. Hal ini dimaksudkan agar seseorang mengurangi tekanan atau beban stres  dengan cara mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah yang mengganjal dalam  hati. Komunikasi dengan orang dapat membuat hati menjadi lega dan dari sini  dapat timbul ide untuk menyelesaikan masalah.
* Memberi kesempatan  tubuh untuk istirahat dan bersantai dari pekerjaan sehari-hari yang menjadi beban  jika tidak terselesaikan. Jika hal ini terjadi pada Anda, lebih baik  melakukan kegiatan santai dulu. Setelah pikiran segar kembali akan ditemukan cara  untuk mengatasi kesulitan itu.
* Membagi tugas yang  kita tidak bisa selesaikan dengan sendiri dapat mengurangi beban kita. Orang yang berpendapat dirinya mampu melakukan segala hal dengan sempurna biasa  disebut perfeksionis, orang ini akan selalu stres dan menanggung beban kerja dan pikiran berlebihan. Kita harus sadar bahwa kemampuan setiap orang  terbatas untuk mampu mengerjakan segala-galanya. Dengan memberi kesempatan pada  orang lain untuk membantu menyelesaikan tugas kita, beban kita dapat berkurang  dan kita juga banyak teman, yang tentunya akan menimbulkan rasa bahagia.
* Menghilangkan  perasaan iri atau dengki juga mengurangi ketegangan jiwa sehingga hati kita menjadi  tentram. Menolong orang lain dengan tulus dan memupuk sikap perdamaian juga akan memberikan kepuasan yang tersendiri pada kita. Dengan memupuk  sikap-sikap seperti itu, tentu kita akan mengurangi ketegangan, beban, stres yang  timbul sehingga hipertensi dapat dihindari.
Orang yang sudah  pernah memeriksakan dirinya dan diketahui menderita hipertensi, dapat diberikan obat-obat golongan diuretika, alfa bloker, beta bloker, vasodilator,  antagonis kalsium dan penghambat ACE. Tentu saja, penggunaan obat-obat ini atas  petunjuk dokter.
BAB  IV
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan  Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi
1.  PENGKAJIAN 
A. Aktivitas/ Istirahat 
§ Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
§ Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
B. Sirkulasi 
§ Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit  cebrocaskuler, episode palpitasi.
§ Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis  valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin  (vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
C. Integritas Ego 
§ Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
§ Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang,  pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
D. Eliminasi 
§ Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit ginjal pada masa yang  lalu).
F. Makanan/cairan 
§ Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan  diuretic
§ Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
G. Neurosensori 
§ Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital (terjadi saat bangun  dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
§ Tanda: Status mental, perubahan  keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan  genggaman tangan.
H. Nyeri/ ketidaknyaman 
§ Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.
I. Pernafasan 
§ Gejala: Dispnea yang berkaitan dari  kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,  riwayat merokok.
§ Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
J. Keamanan 
§ Gejala: Gangguan koordinasi/cara  berjalan, hipotensi postural.     
2.            DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah  :
1.      Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,  iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard
Intervensi keperawatan :
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
e. Catat edema umum
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard
Intervensi keperawatan :
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
e. Catat edema umum
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Hasil yang diharapkan :
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD, mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima, memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Intervensi keperawatan :
a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c. Batasi aktivitas
d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
e. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan
f. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi
Hasil yang diharapkan :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
b. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia
c. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
d. Amati adanya hipotensi mendadak
e. Ukur masukan dan pengeluaran
f. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
g. Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan
Hasil yang diharapkan :
Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Haluaran urin 30 ml/ menit ada tanda-tanda vital stabil.
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri
Tujuan ;Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD, mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima, memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Intervensi keperawatan :
a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c. Batasi aktivitas
d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
e. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan
f. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi
Hasil yang diharapkan :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
b. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia
c. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
d. Amati adanya hipotensi mendadak
e. Ukur masukan dan pengeluaran
f. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
g. Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan
Hasil yang diharapkan :
Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Haluaran urin 30 ml/ menit ada tanda-tanda vital stabil.
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri
Tujuan ;Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
Intervensi keperawatan :
a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik
d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan
i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol
j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
Hasil yang diharapkan :
Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini
Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan.
a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik
d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan
i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol
j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
Hasil yang diharapkan :
Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini
Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan.
3.Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1. :
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular. 
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard.
Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan  darah / bebankerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapatditerima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentangnormal pasien.
Intervensi : 
| TINDAKAN/INTERVENSI | RASIONAL | 
| Mandiri |  | 
| Pantau  TD. Ukur pada kedua tangan/paha   untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang  akurat. | Perbandingan  dari tekanan memberikan   gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah  vaskular.   Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai  peningkatan   tekanan diastolik sampai 130; hasil pengukuran diastolik di atas 130   dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama, kemudian maligma.  Hipertensi   sistolik juga merupakan faktor resiko yang ditentukan untuk penyakit  serebrovaskular   dan penyakit iskemi jantung bila tekanas diastolik 90-115. | 
| Catat  keberadaan, kualitas denyutan   sentral dan perifer. | Denyutan  karotis, jugularis,   radialis,dan femoralis mungkin teramati/terpalpasi. Denyut pada  tungkai   mungkin menurun, mencerminkan efek pada vasokontriksi (peningkatan  SVR) dan   kongesti vena. | 
| Auskultasi  tonus jantung dan bunyi   napas. | S4  umum terdengar pada   pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium (peningkatan   volume/tekanan atrium). Perkembangan S3 menunjukkan  hipertrofi   vertikel dan kerusakan fungsi. Adanya krakles, dapat mengindikasikan  kongesti   paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik. | 
| Amati  warna kulit, kelembaban, suhu,   dan masa pengisian kapiler. | Adanya  pucat, dingin, kulit lembab dan   masa pengisian kapiler lambat mungkit berkaitan dengan vasokonstriksi  atau   mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.  | 
| Catat  edema umum/tertentu. | Dapat  mengindikasikan gagal jantung,   kerusakan ginjal atau vaskular.  | 
| Berikan  lingkungan tenang, nyaman,   kurangi aktivitas/ keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan  lamanya   tinggal.  | Membantu  untuk menurunkan rangsang   simpatis; meningkatkan relaksasi. | 
| Pertahankan  pembatasan aktivitas,   seperti istirahat ditempat tidur/kursi; jadwal periode istirahat tanpa   gangguan; bantu pasian melakukan aktivitas perawatan diri sesuai  kebutuhan.  | Menurunkan  stress dan ketegangan yang   mempengaruhi tekana darah dan perjalanan penyakit hipertensi. | 
| Lakukan  tindakan-tindakan yang nyaman   seperti pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur. | Mengurangi  ketidaknyamanan dan dapat   menurunkan rangsang simpatis. | 
| Anjurkan  teknik relaksasi, panduan   imajinasi, aktivitas pengalihan. | Dapat  menimbulkan rangsangan yang menimbulkan   stres, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah. | 
Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan  kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. 
Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :Klien dapat  berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi  aktivitas yang dapat diukur. 
Intervensi :
o Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :frekwensi nadi 20 per menit  diatas frekwensi istirahat, catat peningkatanTD, dipsnea, atau nyeridada,  kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,pusig atau pingsan. (Parameter  menunjukan respon fisiologis pasienterhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung).
o Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi  nadi, peningkatan perhatian padaaktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas  fisiologis pada istirahatpenting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
o Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsioksigen miokardia selama berbagai  aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatantiba-tiba pada kerja jantung).
o Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).
o Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.(Seperti jadwal meningkatkan toleransi  terhadap kemajuan aktivitas danmencegah kelemahan).
Diagnosa Keperawatan 3
o Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit  kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan :  Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria  Hasil asien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Intervensi :
o Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
o Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
o Batasi aktivitas.
o Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
o Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
o Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi,  bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.
Diagnosa keperawatan 4. :
Potensial  perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan  sirkulasi.
Tujuan :  Sirkulasi tubuh tidak terganggu. Kriteria Hasil asien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang  membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak  ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas  normal.
Intervensi :
o Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.
o Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia.
o Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.
o Amati adanya hipotensi mendadak.
o Ukur masukan dan pengeluaran.
o Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
o Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.
4. Iplementasi/ Pelaksanaan 
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat  komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan  tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. 
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : 
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan  sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat  ini meliputi 
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c). Penurunan berat badan
d). Penurunan asupan etanol
e). Menghentikan merokok
f). Diet tinggi kalium
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c). Penurunan berat badan
d). Penurunan asupan etanol
e). Menghentikan merokok
f). Diet tinggi kalium
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220–umur
c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220–umur
c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a). Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a). Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi  juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita  dapat bertambah kuat(1). Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur  hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND  TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika,  penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita(2).
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan
1) Dosis obat pertama dinaikan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d. Meyakinkan penderita/clien. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
e. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
f. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
g. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
h. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
i. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
j. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
k. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
- Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
m. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
n. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita(2).
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan
1) Dosis obat pertama dinaikan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d. Meyakinkan penderita/clien. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
e. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
f. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
g. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
h. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
i. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
j. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
k. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
- Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
m. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
n. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
5. Evaluasi
Langkah-langkah untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan : 
1)      Menentukan garis besar masalah kesehatan yang di hadapi ,
2)      Menentukan bagaimana rumasan tujuan perawatan yang akan dicapai,
3)      Manantukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat berhubungan dengan sumber-sumber proses atau hasil, tergantung kepada dimensi evaluasi yang diinginkan,
4)      Menentukan metode atau tehnik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber data yang diperlukan,
5)      Membandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan standar untuk evaluasi,
6)      Identivikasi penyebab atau alasan yang tidak optimal atau pelaksanaan yang kurang  memuaskan,
7)      Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasan :  mungkin tujuan tidak realistik, mungkin tindakan tidak tepat, atau mungkin ada  faktor lingkungan yang tidak diatasi.
Macam-macam evaluasi yaitu :
1)      Evalusi kuantitatif
Evaluasi ini dilaksanakan dalam  kuantitas atau jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah dikerjakan. Contoh :  jumlah pasien hipertensi yang telah dibina selama dalam perawatan perawat.
2)      Evaluasi kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada salah satu dari tiga diimensi  yang saling terkait yaitu :
a)      Struktur atau sumber
Evaluasi  ini terkait dengan tenaga manusia, atau bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan.  Dalam upaya keperawatan hal ini menyangkut antara lain:
ü  Kualifikasi perawat
ü  Minat atau dorongan
ü  Waktu atau tenaga yang dipakai
ü  Macam dan banyak peralatan yang dipakai
ü  Dana yang tersedia
b)      Proses 
Evaluasi  proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Misalnya : mutu penyuluhan yang diperlukan kepada klien dengan gejala-gejala yang  ditimbulkan.
c)      Hasil
Evaluasi  ini difokuskan kepada bertambahnya klien dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan.
Hasil dari keperawatan pasien dapat diukur melalui 3 bidang :
1.      Keadaan fisik
Pada  keadaan fisik dapat diobservasi melalui suhu tubuh turun, berat badan naik , perubahan  tanda klinik.
2.      Psikologik-sikap
Seperti  perasaan cemas berkurang, keluarga bersikap positif terhadap patugas kesehatan.
3.      Pengetahuan-perilaku
Misalnya  keluarga dapat menjalankan petunjuk yang diberikankeluarga dapat menjelaskan manfaat  dari tindakan keperawatan.

 



1 Comment
HAI KAK ATAU BANG..yang jelas thenks untk askepnya..siplah pokoknya..semoga sukses..
Posted on 25 Mei 2010 pukul 22.15
Posting Komentar